Aliran Lukisan Potret Diri Topeng Topeng Kehidupan

Aliran Lukisan Potret Diri Topeng Topeng Kehidupan

Unofficially translated by FANS

Be the first translator of this webtoon! More >

This webtoon don't support forfan translation not yet.

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Annida Khairunnisa

Di tengah siang yang terik, terlihat Fatih, putraku, riang menyambut kedatanganku yang baru saja dari warung.

“Beli pelembab muka, Mas,” jawabku lembut padanya.

“O …. ” celetuk Fatih dengan cuek seraya berlari menyambar sepedanya.

Cuaca sangat panas beberapa hari ini. Matahari dengan gagahnya memancarkan panas terik ke bumi. Padahal biasanya bulan Oktober adalah musim hujan.

Kulangkahkan kaki dengan cepat masuk ke rumah. Segera kumenuju kamar mandi dan membayangkan segarnya air yang menempel wajah.

Hm … wajahku yang terasa panas karena terik matahari, merasakan segar saat kubasuhkan air. Kunikmati kesegaran air dan kuraba-raba wajahku, tampak terasa kulit wajahku yang mengelupas.

Segera aku melangkah menuju cermin, terlihat kulit wajah memang sedikit terkelupas. Sepertinya cuaca yang cukup panas membuat kulitku kering sampai pecah-pecah. Segera kuambil pelembab yang baru saja kubeli di warung.

Biasanya dengan cream pelembab yang kuoleskan, kulit kering wajahku akan teratasi. Kuoleskan tipis-tipis ke wajah, kunikmati sensasi rasa dingin cream meresap ke dalam pori-pori kulitku. Semoga dalam beberapa hari, kulit keringku akan segar kembali, batinku.

Fitrah manusia ingin tampil sempurna. Apalagi kaum hawa, penampilan itu utama. Memang siapa saja akan meningkat rasa percaya dirinya bila tampil memesona.

Kadang manusia itu lebih memfokuskan dirinya pada penampilan luar. Padahal, penentu kepribadian seseorang bukanlah dari tampilan luarnya saja.

Banyak contoh seseorang yang penampilannya beken, anggun, elegan dan menarik, tetapi tingkah lakunya buruk atau bahkan bertentangan dengan hukum Allah. Bisa merugikan orang lain karena dengan casual penampilannya dia meyakinkan orang lain untuk menipu, menelikung, bahkan merampok.

Selama ini, kecantikan, ketampanan, kerapian, yang nampak memang dijadikan standar penilaian seseorang. Padahal semua kriteria tersebut hanyalah casing saja. Seperti contoh, Fulanah adalah wanita cantik yang berpenampilan rapi, dengan dandanan modis, Fulanah bekerja di suatu lembaga perbankan, wajahnya selalu tersenyum menawan dan dikenal sebagai pribadi yang ramah dan santun.

Apa yang nampak dari Fulanah sekilas akan memberikan penilaian bahwa Fulanah berkepribadian baik. Namun, bila dicermati dengan kacamata Islam, maka Fulanah belum memiiki kepribadian yang baik.

Dalam Islam, seseorang dikatakan memiliki shyaksiyah Islam jika cara berpikirnya Islam dan cara bersikapnya juga Islam. Artinya seorang muslim tidak hanya cara berpikirnya yang islam, tetapi tingkah lakunya juga harus mencerminkan pemahaman Islam. Dua unsur ini memadu dalam diri seseorang sebagai bentuk ketaatan sehingga mewujud ketakwaan.

Islam pun menganjurkan seseorang untuk menjaga penampilan dan kebersihan, dengan hidup bersih maka akan terjaga kesehatan. Pun, dalam Islam seorang Muslimah wajib menyenangkan hati suami, dengan penampilan yang segar dan cantik akan menambah suami menjadi senang memandang, hal ini merupakan akhlak yang baik dan bernilai pahala.

Berbicara kecantikan, Islam tidak melarang seorang muslimah menampakkan kecantikan. Namun, bila kecantikan digunakan untuk sesuatu yang tidak baik maka dapat menjerumuskan pada dosa. Misalnya, wanita yang tabbarruj ketika keluar rumah dia memakai wewangian yang berlebihan, menggunakan make up tebal. Maka, hal tersebut melanggar hukum syara’ dan akan berdosa. Karena Allah Swt. telah melarang wanita untuk tabbarruj keluar dari rumah.

Sehingga tabarruj itu, dalam beberapa kamus memiliki defenisi yang sama, yakni menampakkan kecantikan dan perhiasan dihadapan lelaki asing dan dapat menarik siapa saja yang memandang untuk memperhatikannya. Seolah-olah seluruh perhatian akan tertuju padanya.

Larangan bertabarruj tidak hanya dikhususkan bagi wanita muda. Termasuk wanita yang tua renta yang tidak lagi haid dan berbirahi diperbolehkan menanggalkan pakaian dengan syarat tidak bertabarruj.

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakan perhiasan.” (TQS an-Nur [24]: 60)

Dengan demikian, penampilan luar baik itu kecantikan, ketampanan, kerapian hanyalah unsur luar saja bukan penentu kepribadian. Unsur kepribadian mulia seseorang haruslah memenuhi dua hal yaitu cara berpikir Islam dan cara bersikap dalam hidup sesuai Islam.

Sebab, bila casingnya bagus, tetapi akhlaknya buruk sama halnya dia sedang memakai topeng dalam kehidupan.

Begitu juga dengan para pejabat berdasi, yang tutur kata dan pendidikannya cukup tinggi. Namun, sangat disayangkan, demi setumpuk harta rela menjual kepercayaan dan amanah yang telah rakyat kuasakan padanya. Dengan penampilan bergaya, tercermin pribadi sempurna ternyata bertindak koruptor.

Wajar memang kini banyak yang bersikap demikian, alam kapitalis telah mengubah paradigma berpikir tentang arti kebahagiaan. Kebahagiaan adalah materi dan kepuasan jasmani. Maka dalam kondisi saat ini tidak hanya harus berhati-hati. Jangan sampai tertipu dengan polesan atau casingnya saja, tampilan sesuatu bagus diluarnya belum tentu bagus isinya.

Selain itu juga, perlu upaya memahamkan Islam pada umat bahwa sejatinya seorang muslim haruslah memiliki kepribadian Islam. Bukan menjadi pribadi yang hanya mengenakan topeng kehidupan atau bertindak munafik, lain di mulut dan lain di hati.

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Potret Diri and Topeng Topeng Kehidupan

Potret Diri and Topeng Topeng Kehidupan

Dalam era  sekarang ini. semua orang sebaiknya menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran ekologis siswa.

Salah satu cara efektif untuk mengajarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah melalui pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan konsep-konsep lingkungan.

Sebagai contoh, memanfaatkan limbah kertas untuk membuat barang seni seperti topeng, payung atau benda lainnya.  Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan tentang daur ulang dan pengurangan limbah, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan keterampilan siswa.

Karya-karya Topeng wajah ini merupakan bagian dari upaya sekolah dalam menerapkan konsep kehidupan berkelanjutan.  Memanfaatkan sumber daya secara bijaksana dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dalam konteks ini, bahan-bahan yang digunakan berasal dari limbah yang seharusnya menjadi beban bagi lingkungan. Namun dengan daya kreasi, limbah-limbah tersebut berubah menjadi karya seni yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis.

Melalui proses pembuatan topeng, siswa tidak hanya belajar tentang teknik membentuk pada seni rupa. Tetapi juga menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan dengan cara mendaur ulang dan memanfaatkan limbah secara produktif.

Karya-karya ini tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi seni, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan pesan tentang keberlanjutan lingkungan kepada masyarakat luas.

Topeng wajah yang dibuat dari bahan kertas limbah, lem, dan bungkus makanan ini tidak hanya memancarkan keindahan seni. Tetapi juga menjadi bukti kreativitas siswa dalam memanfaatkan limbah untuk keberlanjutan hidup.

Setiap Topeng menggambarkan keunikan ekspresi wajah manusia.  mulai dari ekspresi Sedih, marah, bahagia hingga serius.  Menghadirkan karakter yang berbeda-beda. Lembaran kertas bekas yang disusun dengan teliti membentuk relief. Memberikan dimensi pada topeng sehingga terlihat hidup.

Sementara itu, lem, dan bungkus makanan yang menjadi elemen pengikat tidak hanya menambahkan tekstur pada karya. Tetapi juga menjadi simbol penting akan pentingnya mendaur ulang sampah untuk menjaga dan melindungi lingkungan.

Lihat Pendidikan Selengkapnya

[Rating]Klik untuk menentukan rating.

Kamu sudah menilainya.Apakah kamu mau menilainya lagi?

Drama kehidupan Risa dan Erza dimana semua manusia menggunakan topeng untuk menyembunyikan kisahnya

Enjoy weboons withofficial translations and fan translations!